Pemerintah Desa Pondoknongko Kembali Gelar Adat Sapar-Saparan Rebo Pungkasan di Tahun 2023

  • Whatsapp

Banyuwangi, Desa Pondokongko – Dalam rangka mendukung dan ikut serta melestarikan adat budaya, Pemerintah Desa Pondoknongko mengadakan kegiatan “Sapar-Saparan Rebo Pungkasan” pada, 13 September 2023, kemarin. Kegiatan yang berlangsung di depan kantor Desa Pondoknongko tersebut sangat meriah seperti tahun sebelumnya.

Kegiatan selametan dan doa bersama yang dilaksanakan pada hari rabu terakhir bulan Safar (kalender Jawa) tersebut, dimulai sejak pagi dan diawali dengan pembacaan nadhom Asmaul Husna. Lalu, dilanjutkan kegiatan do’a bersama yakni pembacaan tahlil oleh Ust. Abd. Aziz. Turut hadir dalam kegiatan Plt. Camat Kabat, Bapak Teddy Radiansyah, S.STP dan rombongan kecamatan, Danramil Kabat Bapak Makali, Babinsa dan Babinkantibmas, tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat nelayan Desa Pondokongko.

Hamdan Ramahurmuzi, S.T, selaku Kepala Desa Pondoknongko, menyampaikan bahwasanya kegiatan semacam ini harus dijaga, “Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada masyarakat yang telah ikut mendukung dan melestarikan kegiatan semacam ini. Harapan saya semoga kita senantiasa dapat menghargai tradisi dan adat istiadat yang telah ada sejak lama. Hal semacam ini semoga juga menjadi media kita untuk meningkatkan silaturrahmi, konsolidasi dan solidaritas masyarakat Desa Pondoknongko,” pungkasnya.

Masyarakat meyakni bahwa hari Rabu terakhir di bulan Safar ini, Allah SWT menurunkan sebanyak 320.000 bala sehingga kegiatan selametan dan doa bersama ini dilakukan untuk meminta agar dijauhkan dari bala/penyakit. Selain itu, tujuan dilakukan kegiatan Sapar-Saparan Rebo Pungkasan ini yakni sebagai wujud syukur atas nikmat rejeki masyarakat nelayan yang melimpah. Kegiatan yang bertema “Nguri-uri Adat Makene Aja kepaten Obor”, dilengkapi dengan kegiatan Sedekah Jenang Safar.

Kegiatan sedekah Jenang Safar dipimpin oleh Bapak Teddy Radiansyah, S.STP dengan simbolis pemukulan gong yang bermakna sedekah Jenang Safar telah dibuka. Masyarakat baik dari Desa Pondoknongko maupun pihak luar sangat antusias mendatangi setiap meja yang telah disediakan oleh panitia. Jenang Safar ditempatkan di ‘Takir’ (Wadah dari daun Pisang) sesuai dengan kearifan lokal yang ada di masyarakat setempat. Ditambah dengan pertunjukkan seni tari jejer gandrung dan gandrung dor, serta seni kuntulan dari Citro Wongso Pondoknongko, memberikan kesan yang luar biasa.

“Kegiatan semacam ini perlu dilestarikan, sesuai dengan tema yang ada. Nguri-uri, bermakna melestarikan. Makene Aja Kepaten Obor, maknanya agar tidak hilang atau punah. Melestarikan adat semacam ini, bukan hanya tugas dari masyarakat nelayan, akan tetapi melalui kegiatan ini harapan kami masyarakat dapat menyadari bahwa adat ini merupakan milik kita bersama,” ujar Sunhaji, Kepala Dusun Krajan. ( Andi – Jurnalis Desa)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *